Proses Pembekuan Filet Kakap
Proses Pembekuan Filet
Kakap
Menurut Moeljanto (1992), proses pengolahan fillet ikan beku antara lain:
2.7.1
Penerimaan bahan baku (receiving)
Ikan kakap yang digunakan sebagai bahan mentah (raw material) adalah ikan yang benat-benar masih segar, belum
mengalami pencemaran, baik oleh bakteri maupun zat-zat beracun.
2.7.2
Sortasi (sortizing)
Setelah bahan baku diterima dilakukan dilakukan penyortiran untuk
memperoleh keseragaman bahan baku yang digunakan, baik untuk tingkat kesegaran,
ukuran jenis, mutunya. Saat sortasi ,
ikan ditempatkan dalam meja penampungan yang terbuat dari stainless steel serta dilengkapi dengan saluran pembuangan air.
Selama proses, penerapan rantai dingin juga selalu dijaga sehingga suhu ikan
tidak lebih dari 50C caranya dengan memberi es pada ikan.
2.7.3
Penimbangan I (weighting)
Setelah dilakukan sortasi kemudian dilakukan penimbangan. ditimbang dengan
menggunakan timbangan gantung. Ikan ditimbang kemudian dicatat berdasarkan
berat ikan, jenis dan ukuranya. Tujuan penimbangan adalah untuk
mengetahui berat total ikan yang datang dan menghitung berapa jumlah ikan tiap
ukuran dan jenisnya serta sebagai pengawasan hasil sortasi. Penyisikan (scaling)
2.7.4
Penyisikan
Dilakukan penyisikan sebersih mungkin dengan menggunakan alat penyisikan
yang terbuat dari stainless. Penyisikan dilakukan dengan hati-hati, untuk
mencegah kerusakan fisik seperti kulit sobek atau lecet. Suhu ikan tidak lebih
dari 50C dengan cara pemberian es curah, kebersihan peralatan atau
sikat sisik dan hgiene personil.
2.7.5
Pencucian I (washing)
Pada tahapan ini menggunakan air dan menggunakan bak pencucian yang terbuat
dari stainless stell. Pencucian ini dilakukan dengan merendam ikan dalam bak
berupa cekungan yang ada disamping meja penyisikan. Dengan posisi yang dekat
ini diharapkan agar mempermudah nantinya dalam pengangkatan ikan untuk
pemfilletan.
2.7.6
Pemfilletan (filleting)
Cara membuat fillet ikan adalah
dengan cara Baringkan sejajar atau menyudut dengan tepi meja, kemudian iris
dagingnya dengan pisau khusus. Usahakan agar sebanyak mungkin daging di bagian
isi terambil dan sedikit mungkin tertinggal pada kerangka ikan dan jangan
sampai terikut duri, sirip, dinding perut maupun isis perut lainnya. Jika
menginginkan fillet ikan tanpa kulit (skinless),
setelah pekerjaan diatas selesai, kulit ikan dibuang.
2.7.7
Perapian (Trimming)
Setelah di fillet kemungkinan
daging masih terlihat berantakan sehingga perlu dilakukan perapian, kemudian
kerapiannya diteliti sambil disemprot dengan air garam / air laut yang diberi
kaporit, lalu dicelupkan kedalam larutan garam dengan konsentrasi 6- 15% selama
20- 30 detik. Kepekaan
larutan garam dan lama pencelupan (dipping)
ini tergantung pada ketebalan fillet dan jenis ikan.
2.7.8
Pencucian II dan Pembungkusan
Pada pencucian ini dilakukan diatas meja fillet dengan menggunakan baskom
dengan menggunakan air bersih dan diberi es curah didalam baskom. Tujuan dari
pencucian ini adalah membersikan daging fillet dari kotoran-kotoran yang
menempel pada saat perapian dan cabut duri.
Pembungkusan disini dilakukan dengan cara melipat plastik sesuai dengan
bentuk dari daging fillet dan diusahakan plastic tertutup rapat dan tidak
sobek. Fungsi dari pembungkusan ini adalah untuk mencegah dehidrasi pada daging
fillet selama pembekuan.
2.7.9 Penyusunan
dalam pan (Wrapping and Layering)
Fillet ikan disusun dalam pan, long pan yang digunakan terbuat
dari aluminium dan ukuranya adalah 100x40 dan tinggi 40 cm. Alat yang digunakan
untuk mengangkut dan mengeluarkan yang berisi produk yang dibekukan adalah lori dengan jumlah muatan yang banyak
dan mempunyai ukuran tinggi 1,5 m dengan lebar 0,5 m dan panjang 2 m yang
dilengkapi dengan rak dan roda. Alat ini terbuat dari besi yang tahan karat.
2.7.10
Pembekuan (freezing)
Fillet ikan yang sudah disusun dalam pan dibekukan hingga
suhu pusat thermal ikan mencapai -180C sedanngkan suhu pembekuan
mencapai -250C sampai -300C. Alat pembekuan yang digunakan yaitu Air Blast Freezer (ABF) dengan menggunakan refrigerant amoniak.
2.7.11
Penimbangan II
Menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 20 kg penimbangan dilakukan
sesuiai dengan permintaan konsumen. Tujuan dari penimbangan ini adalah untuk
mengatahui berat bersih dari produk beku dan memudahkan dalam pengemasan karena
begitu selesai di timbang maka produk langsung dikemas.
2.7.12
Pengemasan
Pengawasan produk yang dibekukan harus teliti, teratur dan padat tanpa
rongga-rongga di dalamnya. Bahan pengemas yang digunakan pada umumnya karton
yang dilapisi dengan wax yaitu jenis
lilin sehingga tidak rusak atau hancur oleh air (Moeljanto, 1992).
2.7.13
Penyimpanan
Cara penyimpanan produk beku di dalam cold
storage disimpan sesudah dikemas dengan baik, karton-karton atau peti
disusun rapi sesuai dengan waktu pengolahannya. Pengangkutan untuk penyimpanan
dan pengeluaran produk harus dapat dilakukan dengan aman dan cepat sehingga
tidak menyebabkan fluktuasi suhu di dalam cold
storage. Lamanya penyimpanan dingin juga mempunyai peranan penting, seperti
waktu penyimpanan diperpanjang tetapi kerusakan lemak karena oksidasi
berlangsung dengan baik (Hadiwiyoto, 1993).
Pengemasan didefinisikan sebagai pengurung produk dengan macam pengemasan
seperti kantong plastik, kaleng, botol plastik dan wadah lainya. Atau mengikuti
fungsinya, pengemasan didefinisikan menahan, melindungi, memelihara,
komunikasi, dan kegunaan dari penampilan. Alur proses pembekuan kakap merah (Lutjanus sp.) bentuk filet dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut :
Komentar
Posting Komentar