PROSES PENDINGINAN IKAN

Pengertian Pendinginan 
Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara – 1oC sampai -4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat sehingga perubahan yang terjadi pada produk yang disimpan dapat diminimalisir atau diperlambat. Pendinginan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perubahan mutu bahan pangan secara keseluruhan. Namun pendinginan hanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya. 
Prinsip 
Prinsip pendinginan itu sendiri adalah panas dari bahan diserap atau diambil dan digantikan oleh udara yang memiliki tekanan yang lebih rendah dibandingkan tekanan di dalam sel, sehingga panas yang ada dalam bahan berkurang dan lama-kelamaan akan berubah menjadi dingin mengikuti suhu udara pendinginan yang digunakan. 
Langkah Praktikum 
Pada praktikum ini bahan yang digunakan antara lain : Terong ungu, Pisang, Ikan kembung dan Daging Sapi. Prosedur yang dilakukan meliputi : 
1. Pencuncian bahan, bahan yang akan di uji sebelum masuk ke pendinginan adalah bahan yang akan didinginkan dianjurkan untuk dilakukan pencuncian terlebih dahulu dengan tujuan menghilangkan kotoran atau debu yang masih melekat sehingga jumlah kontaminan dan kerusakan awal dapat dicegah. 
2. Pemotongan dan Pengamatan Awal: Bahan yang berukuran besar sebaiknya dilakukan pemotongan dengan tujuan untuk memperluas permukaan sehingga transfer pendinginan dapat merata keseluruh bagian bahan. Kemudian dilakukan pengamatan awal yang meliputi tekstur, warna, berat dan kenampakan bahan. 
3. Pengemasan : Untuk menjaga kesegarannya bahan yang telah dicuci dan dipotong dikemas dalam plastik. Dalam praktikum ini digunakan 4 jenis perlakuan yaitu dikemas dengan plastik biasa, dikemas dengan plastik berforasi, tampa dikemas dan kontrol (tampa perlakuan) dengan tujuan untuk melihat pengaruh pengemasan terhadap mutu (perubahan) dari bahan yang didinginkan. 
4. Refrigerator : Setelah persiapan selesai bahan dengan 4 perlakuan yang berbeda dimasukan ke dalam refrigerator dengan suhu yang di setting 50 C dalam waktu 2 hari. 

Faktor-Faktor 
Dalam proses pendinginan ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hasil akhir bahan yang di dinginkan. Faktor – faktor tersebut antara lain : 
1. Jenis dan Varietas Produk 
Pendinginan biasanya digunakan untuk jenis bahan yang mudah mengalami kerusakan dan peka terhadap kondisi lingkungan disekitarnya. Jenis dan varietas setiap bahan tidak sama dengan tingkat kematangan dan pemanenan yang berbeda pula sehingga suhu yang digunakan selama pendinginan harus dapat disesuaikan dengan jenis dan sifat bahan tersebut agar tujuan dari pendinginan tersebut dapat tercapai. 
2. Suhu 
Suhu dalam penyimpanan seharusnya dipertahankan agar tidak terjadi kenaikan dan penurunan. Biasanya dalam penyimpanan dingin, suhu dipertahankan berkisar antara 1OC sampai dengan 2OC. Suhu pendinginan di bawah optimum akan menyebabkan pembekuan atau terjadinya chilling injury, sedangkan suhu di atas optimum akan menyebabkan umur simpan menjadi lebih singkat. Fluktuasi suhu yang luas dapat terjadi bilamana dalam penyimpanan terjadi kondensasi yang ditandai adanya air pada permukaan komoditi simpanan. Kondisi ini juga menandakan bahwa telah terjadi kehilangan air yang cepat pada komoditi tersebut. 
3. Kelembaban Relatif 
Untuk kebanyakan komoditi yang mudah rusak, kelembaban relatif dalam penyimpanan sebaiknya dipertahankan pada kisaran 90 sampai 95%. Kelembaban di bawah kisaran tersebut akan menyebabkan kehilangan kelembaban komoditi. Kelembaban yang mendekati 100% kemungkinan akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat dan juga menyebabkan permukaan komoditi pecah-pecah. 
4. Kualitas Bahan dan Perlakuan Pendahuluan 
Untuk tetap mempertahankan kesegaran bahan maka sebaiknya sayuran, buah- buahan maupun bunga potong yang akan disimpan terbebas dari luka atau lecet maupun kerusakan lainnya. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kehilangan air. Buah-buah yang telah memar dalam penyimpanannya akan mengalami susut bobot hingga empat kali lebih besar bila dibandingkan buah- buah yang utuh dan baik. 
5. Jenis Pengemas 
Pengemasan merupakan salah satu upaya modified packaging storage yang dapat membantu mempertahankan mutu dari bahan. Dengan dilakukan pengemasan maka proses reaksi enzimatis dan chilling injury dapat diminimalisir sehingga kesegaran produk tetap terjaga. 

Beberapa perubahan yang terjadi selama proses pendinginan 
Perubahan Tekstur 
Pada proses pendinginan Sayuran dan buah-buahan tropis tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Buah pisang tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 130C karena akan mengalami chilling injury yaitu kerusakan karena suhu rendah. Buah pisang yang disimpan pada suhu terlalu rendah kulitnya akan menjadi bernoda hitam atau berubah menjadi coklat dan teksturnya menjadi lembek karena mengalami dehidrasi (kehilangan air), sedangkan buah terong akan menjadi lunak karena teksturnya rusak. 

Penyusutan Berat 
Kehilangan berat pada buah, sayuran maupun bunga potong selama penyimpanan disebabkan karena hilangnya air pada bahan. Kehilangan air pada bahan yang disimpan tidak hanya menyebabkan kehilangan berat, tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan yang akhirnya menyebabkan penurunan kualitas. Kehilangan dalam jumlah sedikit yang terjadi secara perlahan tidak akan memberikan kenampakan yang nyata, tetapi kehilangan yang besar dan terjadi secara cepat akan menyebabkan pengkeriputan dan pelayuan. 
Penyusutan berat pada bahan yang dikemas jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan bahan yang tidak dikemas dan tampa perlakuan apapun. Menurut Fellow (2000) penyusutan berat selama pendinginan dapat disebabkan karena kelembaban yang ada pada bahan meninggalkan permukaan bahan dan menuju ke udara disekitarnya melalui proses kondensasi uap air. Setiap komoditi memiliki laju transpirasi yang berbeda walaupun disimpan pada kondisi yang sama. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan permukaan komoditi yang disimpan. Komoditi sayuran berdaun memiliki kecenderungan mentranspirasikan air jaringan yang lebih tinggi. Selain luas permukaan komoditi, sifat alami permukaan kulit komoditi juga mempengaruhi laju transpirasi. Perbedaan jumlah penyusutan berat pada komoditi terong dan pisang disebabkan karena perbedaan sifat-sifat yang ada. Sifat tersebut adalah ada-tidaknya lapisan lilin atau lapisan alami yang dapat berfungsi menahan laju transpirasi, mapun tebal-tipisnya kulit. Sedangkan pada produk daging penyustan berat dapat disebabkan karena terjadi kerusakan gel protein dan mengalami proses koagulasi protein, sehingga menurunkan daya ikat protein terhadap air dan air bebas di dalam daging akan lepas menuju ke udara disekitarnya yang akan hilang bersama dengan uap air. Kerusakan struktur molekul akibat pendinginan ini juga dapat menyebabkan penyusutan berat. 
Kehilangan air pada bahan dapat dicegah dengan cara pengaturan suhu dan kelembaban ruang simpan dengan tepat. Walaupun masing-masing jenis atau komoditi memiiki kandungan air bahan yang berbeda-beda, namun secara umum buah-buahan dan sayuran serta bunga potong memiliki kandungan air bahan sejumlah 80 hingga 90 persen. Sebagian besar air tersebut akan menguap selama penyimpanan. Dalam penyimpanan pada suhu rendah, yang terpenting untuk diperhatikan adalah temperatur dan kelembapan pengawetan untuk setiap jenis hasil pertanian berbeda-beda. 

Perubahan Warna 
Perubahan warna selama pendinginan pada produk sayur dan buah diakibatkan karena reaksi enzimatis (pencoklatan) dimana terjadi degradasi pigmen klorofil yang menyebabkan warna kulit berubah menjadi kuning kecoklatan karena adanya karetenoit dan xantifil yang semula tertutup menjadi terbuka akibat dari efek suhu pendinginan. Pori-pori buah yang disimpan pada suhu rendah menjadi lebih terbuka akibat membekunya air dalam jumlah banyak sehingga mengubah rasa, warna dan kualitas bahan. 
Pada produk daging dan ikan yang disimpan pada suhu 0-2 oC dapat bertahan selama 2-3 hari (daging dikemas). Namun akan tetap mengalami perubahan warna. Perubahan ini disebabkan karena terjadi oksidasi pigmen heme yang merupakan penyusun utama dalam warna daging. Pigmen mioglobin mengalami proses perubahan menjadi oksiomioglobin yang bewarna merah kecoklatan. Menurut Buckle (1987) tingkat kecerahan warna pada daging ditentukan oleh tebalnya lapisan oksiomiglobin dipermukaan atau daerah yang memerlukan oksigen biasanya terjadai pada proses pendinginan sehingga daging ikan maupun sapi menjadi lebih merah bila disimpan di dalam lemarin pendingin. Hal ini juga terjadi pada produk daging yang dikemas dalam plastik yang berforasi. Oksigen yang ada dalam kemasan akan habis karena adanya aktivitas biokimiawi dan mikroorganisme aerobik. Daging akan mengalami perubahan warna menjadi ungu hasil dari mioglobin yang telah mengalami proses reduksi. Sedangkan perubahan warna coklat kehijauan pada produk yang tidak dikemas (kontrol) disebabkan karena mioglobin yang mengalami oksidasi menjadi metmioglobin yang bewarna coklat abu-abu-hijau. Perubahan ini sesuai dengan hasil yang didapatkan dari sumber studi literatur. 

Kesimpulan 
Pendinginan merupakan salah satu teknologi penyimpanan dan pengawetan bahan pertanian yang mudah rusak dengan cara mengambil panas bahan, yang kemudian digantikan oleh udara dingin. Panas yang hilang pada bahan akan menurunkan segala bentuk perubahan selama masa simpan baik secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Namun bahwasanya pendinginan tidak mematikan mikroorganisme dan reaksi enzimatis hanya mampu menghambat proses kerusakan pada bahan yang didinginkan. Selama masa penyimpanan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat suhu dan kelembaban yang digunakan, karena buah dan sayuran setelah dipanen masih melakukan respirasi (dan fotosintesis jika masih memiliki klorofil dan cahaya yang cukup). Perbedaan kelembapan pada penyimpanan setiap jenis buah dan sayuran memiliki perbedaan yang sedikit, sehingga pengendalian kelembapan umumnya tidak dilakukan secara ketat. Namun untuk temperature pendingin untuk setiap jenis komoditi tidak sama seperti pada terong yang dapat didinginkan pada suhu 7 0 C sedangkan pada buah pisang membutuhkan temperatur penyimpanan antara 12-13oC. Perbedaan ini dikarenakan setiap komoditi memiliki kriteria dan sifat yang berbeda-beda (ketebalan lilin, kulit dan kandungan penyusun bahan). Sedangkan untuk produk daging memerlukan suhu pendinginan bekisar antara 0-15 0 C untuk mencegah terjadinya degradasi warna, tekstur dan citarasa nya. 
Chilling injury merupakan kerusakan akibat lingkungan pada suhu lingkungan rendah. Disamping itu akan menyebabkan kekerasan, aroma, dan umur simpan buah berubah. Buah akan menjadi lunak sehingga aroma buah akan berubah menjadi agak busuk dan umur simpan menjadi pendek serta dapat mendatangkan mikroba dan akhirnya buah akan busuk. Kerusakan akibat chilling injury dapat dicegah dengan cara: meningkatkan kelembaban ruang simpan, pemanasan ringan, penerapan penggunaan suhu penyimpanan bertahap, dan penggunaan kalsium. Dengan demikian, produk atau bahan dapat dipertahankan mutunya dan tidak menurunkan kualitas produk bila disimpan pada suhu rendah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS

PROSES PEMBEKUAN IKAN

Yang Ada Di Dalam Kamar Mesin Kapal (Engine Room)