Pengujian Mutu Hasil Perikanan
Menurut
Direktorat Jendral Kelautan dan Perikanan (2001), menyatakan bahwa pengujian
mutu hasil perikanan merupakan suatu kegiatan analisis untuk mengetahui atau
menentukan bahwa suatu hasil perikanan mempunyai mutu yang baik atau memenuhi
standar. Secara garis besar jenis pengujian mutu hasil perikanan dapat dibagi
atas beberapa golongan diantaranya sebagai berikut:
Kimia
Pengujian
kimia meliputi:
- Penentuan kadar protein.
- Penentuan kadar histamin.
- Penentuan kadar mercury.
- Penentuan kadar lemak.
- Penentuan kadar garam
Organoleptik
Pengujian organoleptik merupakan
cara pengujian secara subyektif dengan menggunakan indera manusia sebagai alat
utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap makanan. Sasaran alat indera
ini terdiri dari 4 atribut mutu yaitu Kenampakan,
Rasa, Aroma dan Tekstur.
Metode pengujian organoleptik
menurut Larmond dalam Dirjen Kelautan
dan Perikanan (2001), menyatakan bahwa metode pengujian organoleptik dibagi
atas 2 kelompok besar yaitu “Difference Test” (Uji Perbedaan) dan “Preference
Test” (Uji Penerimaan). Uji pertama umumnya digunakan dalam penelitian, analisa
proses dan penilaian hasil akhir. Sedang uji kedua untuk pengawasan mutu
(Quality Control).
Persyaratn
pengujian organoleptik yakni:
1.
Kondisi lingkungan
•
Laboratorium Uji Orgnoleptik terletak di lokasi yang tenang, bebas dari
pencemaran yang dapat mengganggu panelis.
•
Laboratorium harus terbagi menjadi 2 bagian : ruangan pengujian dan
ruangan dapur yang dilengkapi gudang dan toilet, dengan ukuran minimal 6 x 3 m. Bilik pencicip dibuat sekatan-sekatan untuk
mencegah hubungan antar panelis. Ukuran bilik pencicip 1,5 x 1 m, dengan tinggi dari lantai.
•
Dalam sebuah Laboratorium minimal mempunyai 6 buah bilik pencicip untuk
6 panelis.
•
Ruangan dianjurkan dilengkapi dengan AC yang dapat diatur suhu dan kelembabannya, juga
dilengkapi dengan exhauster yang
cukup agar ruangan bebas dari bau terutama yang berhubungan dengan pemasakan
dan bumbu-bumbu.
2.
Peralatan dan perlengkapan
•
Kursi yang bisa berputar dan diatur tinggi rendahnya sehingga panelis
bisa rileks.
•
Wastafel dan kran air yang dilengkapi dengan lap tangan dan sabun
pembersih.
•
Keranjang sampah yang tertutup pada setiap ruangan.
•
Tissue polos tidak berwarna dan tidak berbau.
•
Timbangan sederhana dengan skala 1 gr kapasitas 5 kg tahan karat dan
lembab.
•
pH meter, thermometer potable.
•
Baki dengan tutupnya, hand bor listrik, box ikan berinsulasi, bak cuci
tahan karat, tahan panas dan tidak mudah mengelupas.
•
Kompor listrik dengan exhauster,
pemadam api, gelas, garpu dan sendok stainless steel, piring, ember, pisau
dapur, alat-alat tulis dan lainnya.
3.
Lembaran penilaian (score sheet).
•
Di dalam score sheet
dicantumkan spesifiksi produk yang merupakan keterangan yang jelas, singkat,
tepat menyangkut sifat-sifat organoleptik.
•
Spesifikasi untuk uji hedonik berbeda
dengan spesifikasi untuk scoring test.
•
Dalam suatu score sheet hanya
terdapat: informasi, instruksi, dan responsi.
4.
Waktu pengujian
•
Waktu pengujian yang baik adalah panelis tidak dalam keadaan
lapar, yaitu kira-kira jam 09.00 – 11.00 dan jam 14.00 – 16.00 WIB. Keputusan
diambil secepatnya ( 5 – 10 mnt) setelah pengamatan tehadap contoh.
Jumlah panelis yang dipakai dalam
pengujian organoleptik minimal dalam satu kali pengujian adalah 6 orang untuk
panelis standar dan 30 orang untuk panelis non standar.
Persyaratan Calon Panelis :
•
Tertarik dan bersifat ingin tahu
•
Siap meluangkan waktu
•
Konsisten dalam mengambil keputusan
•
Sehat jasmani dan rohani
•
Tidak alergi dan tidak ada pantangan
Dalam uji organoleptik,
dikumpulkan dengan score sheet dari
panelis sesuai atribut mutu yang diperlukan, kemudian ditabulasi oleh petugas
labotoratorium dan diolah memakai metode statistik. Uji skoring dengan
menggunakan skala angka 1 sebagai nilai terendah dan angka 9 sebagai nilai
tertinggi, batas penolakan untuk metode ini adalah ≤ 5 artinya bila produk
perikanan yang di uji memperoleh nilai sama atau lebih kecil dari 5 maka produk
tersebut dinyatakan tidak lulus standar dan tidak bisa memeperoleh Sertifikat
Mutu Ekspor (Dirjen Kelautan dan Perikanan, 2001).
2.4.3 Mikrobiologi
Jenis
bakteri khusus yang menyebabkan terjadinya perubahan pada produk perikanan
sulit ditentukan karena banyaknya faktor lingkungan yang mempengaruhi hasil
analisis. Bakteri penyebab kerusakan satu jenis ikan kemungkinan akan lain dengan
penyebab kerusakan pada ikan lainnya.
Mikroorganisme
pathogen (penyabab infeksi) ataupun mikroorganisme yang dapat membentuk toksin
adalah jenis-jenis mikroorganisme yang banyak mencemari produk perikanan antara
lain Escherichia coli, Salmonella, Vibrio
chlorae dan Staphylococcus aureus (Dirjen
Kelautan dan Perikanan, 2001).
2.5 Aspek Mikrobiologi
2.5.1 Mikrobiologi Secara Umum
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan
makhluk-makhluk kecil yang hanya kelihatan
dengan mikroskop. Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus, pengetahuan
tentang bakteri, pengetahuan tentang hewan bersel satu, pengetahuan tentang
jamur, terutama yang meliputi jamur-jamur rendah seperti Phycomycetes dan juga
Ascomycetes serta Deuteromycetes (Dwidjoseputro, 1987).
Salah satu anggota dari mikrobiologi adalah bakteri. Nama bakteri berasal dari Yunani “bakterion” yang berarti batang atau
tongkat. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme
bersel satu, tubuhnya bersifat prokariotik yaitu tubuhnya terdiri atas satu sel
yang tidak mempunyai pembungkus inti.
Bakteri berkembangbiak dengan cara membelah diri dan karena begitu kecil maka hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Bakteri walaupun bersel satu tetapi mempunyai beberapa organel yang
dapat untuk melaksanakan beberapa fungsi hidup (Waluyo, 2007).
Mikrobiologi Pada Udang
Menurut Hadiwiyoto
(1993), bahwa udang sungai mengandung paling sedikit tiga macam bakteri yaitu Achromobacter,
Alcaligenes dan Pseudomonas. Sering kali pada ekor udang terdapat
bakteri golongan Nitrococcus dan Staphylococcus. Bakteri Pseudomonas
dan Achromobacter merupakan bakteri pembusuk pada udang. Kedua bakteri
termasuk golongan Psikrofil. Pseudomonas dapat berkembang biak
meskipun suhu lingkungan 0o C, sementara itu Achromobacter
masih berkembang biak pada suhu 5o C. Bakteri lain penyebab
pembusukan pada udang sungai antara lain adalah Achromobacter, Bacillus,
Flafobacterium, Lactobacillus, Micrococcus, Sarcina dan Staphyllococcus,
meskipun proses pembusukan berlangsung lambat. Micrococcus, Sarcina dan Bacillus
juga dapat menimbulkan noda-noda berwarna hitam. Pada udang sungai juga
dijumpai beberapa jenis dari golongan Proteus.
2.6 Angka Lempeng Total (ALT).
Menurut Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2008), menyatakan bahwa Angka
Lempeng Total (ALT) dan Angka Paling Mungkin atau Most Probable Number (MPN)
yakni metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada
pada suatu sampel, Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob
mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa
koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung, interpretasi hasil
berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/g atau koloni/100ml.
Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang,
cara tetes dan cara sebar. Angka Paling Mungkin (MPN) menggunakan media cair
dengan tiga replikasi dan hasil akhir berupa kekeruhan atau perubahan warna dan
atau pembentukan gas yang juga dapat diamati secara visual, dan
interpretasi hasil dengan merujuk kepada Tabel MPN. Dikenal 2 cara yaitu metode
3 tabung dan metode 5 tabung. Metode kuantitatif dilakukan dengan beberapa
tahap yaitu :
a) Homogenisasi sampel.
Sebagai tahap pendahuluan dalam pengujian yang
berguna untuk membebaskan sel bakteri yang mungkin terlindung partikel sampel
dan untuk memperoleh distribusi bakteri sebaik mungkin. Homogenisasi dapat
dilakukan menggunakan alat seperti stainless steel blender atau stomaker.
Sedang sampel bentuk cair tidak perlu menggunakan alat, cukup langsung dicampur
dengan pengencer dan dikocok sampai homogen.
b) Tahap pengenceran.
Menggunakan larutan pengencer yang berfungsi untuk
menggiatkan kembali sel-sel bakteri yang mungkin kehilangan vitalitasnya karena
kondisi di dalam sampel yang kurang menguntungkan. Pengenceraan suspense sampel
dilakukan untuk mendapatkan koloni yang tumbuh secara terpisah dan dapat
dihitung dengan mudah, hal ini akan sangat membantu terutama untuk sampel
dengan cemaran yang sangat tinggi. Umumnya pengencer yang digunakan adalah peptone
water 0,1%, buffer fosfat atau larutan ringers (4 kali kuat), dan peptone
0,1% plus NaCL 0,85%.
c) Tahap pencampuran dengan media (padat/ cair).
Media padat yang digunakan umumnya adalah Plate
Count Agar (PCA) atau Nutrient Agar (NA) sedangkan untuk inokulasi
homogenat sampel ke dalam media, tergantung dengan metode yang telah dipilih
dan kesesuaian dengan sifat sampel dan mikroba yang mungkin ada dalam sampel.
Pada keadaan tertentu, media perlu ditambah dengan bahan lain seperti glukosa
untuk Enterococcus, atau serum untuk Mycoplasma dan egg yolk.
Untuk bakteri tertentu misalnya yang tidak tahan panas terutama untuk
pencampuran dengan media dengan suhu kira-kira 450C,
dilakukan dengan metode sebar atau tetes dan suhu inkubasi rendah (misal.
bakteri Psychrotroph dan Psychrophiles).
d) Tahap inkubasi dan pengamatan.
Inkubasi dilakukan pada suhu dan lama yang sesuai
dan kondisi dibuat sedemikian rupa disesuaikan dengan sifat mikroba (kondisi
aerob atau anaerob) :
0 -10ºC untuk bakteri Psikrotrof dan Psikrofil
20-32ºC untuk bakteri Saprophtic mesophiles
35-37ºC (atau 45ºC) untuk bakteri parasites mesofil
55-63ºC atau lebih tinggi untuk bakteri Termofilik
e) Interpretasi
hasil.
Pada metode kualitatif dilakukan perbanyakan (enrichment
pengkayaan) terlebih dahulu dari sel mikroba yang umumnya dalam jumlah yang
sangat sedikit dan bahkan kadang-kadang dalam kondisi lemah. Ada beberapa tahap
yang dilakukan yaitu tahap pengkayaan (enrichment), tahap isolasi pada
media selektif, tahap identifikasi dengan reaksi biokimia, dan dilanjutkan
dengan analisa
antigenik
atau serologi atau immunologi dan bila diperlukan dapat juga dilakukan
identifikasi DNA bakteri dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
2.7 Escherichia coli
Menurut Supardi dan Sukamto (1999), menyatakan
bahwa Escherichia coli merupakan
flora normal saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri tersebut dapat
berubah menjadi oportunis pathogen bila hidup diluar usus, misalnya pada
infeksi saluran kemih, infeksi luka dan mastitis. Escherichia coli termasuk basil coliform, merupakan flora komensal
yang paling banyak pada usus manusia dan hewan, hidup aerobik maupun fakultatif
aerobik. Bakteri Escherichia coli termasuk
dalam gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fibria dan bersifat
motile, bisa hidup pada kisaran suhu 44,5ºC, merupakan indikator cemaran air
dan oleh tinja.
Escherichia
coli tumbuh pada suhu antara 10 – 44,5ºC, dengan suhu
optimum 37ºC. pH minimum pada 4,0 dan maksimum pada pH 9,0, nilai aw minimum
untuk pertumbuhan Escherichia coli adalah
0,96. Bakteri ini relative sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan
pada suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan makanan.
Escherichia
coli merupakan flora normal di dalam saluran pencernaan
hewab dan manusia yang mudah mencemari air. Oleh karena itu, kontaminasi
bakteri ini pada makanan biasanya berasal dari kontaminasi air yang digunakan.
Bahan makanan yang sering terkontaminasi oleh bakteri ini diantaranya daging
ayam, daging sapi, daging babi selama penyembelihan, ikan dan makanan hasil
laut lainnnya, sayur, buah-buahan, serta minuman seperti susu dan lainnya. Escherichia coli banyak digunakan dalam
teknologi rekayasa genetika, biasanya digunakan sebagai vector untuk
menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. Bakteri ini
dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
2.8 Salmonella
Bakteri
Salmonella merupakan bakteri penyebab
infeksi, jika tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang
disebut salmonellosis. Salmonella merupakan salah satu genus dari
enterobacteriaceae, berbentuk batang gram negatif, anaerobik fakultatif dan
aerogenik. Biasanya bersifat motile dan mempunyai flagella peritrikus kecuali Salmonella gallinarum-pullorum yang
selalu bersifat non-motile (Supardi dan Sukamto, 1999).
Salmonella hidup secara aneorobik
fakultatf, bakteri ini tidak dapat berkomperisi secara baik dengan
mikroba-mikroba yang umum terdapat di dalam makanan. Bakteri yang termasuk
dalam genus Salminella tidak dapat
dibedakan hanya dari sifat-sifat biokimia dan morfologinya. Oleh karena itu
perlu diidentifikasikan secara serologik.
Menurut
Supardi dan Sukamto (1999), menyatakan bahwa Salmonella mungkin dalam makanan dalam jumlah yang tinggi, tetapi
tidak selalu menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari
makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah Salmonella
di dalam suatu makanan, semakin besar gejala timbulnnya infeksi pada orang
yang menelan makanan tersebut, dan semakin cepat waktu inkubasi sampai
timbulnya gejala infeksi.
Makanan-makanan
yang sering terkontaminasi Salmonella yaitu
telur dan hasil olahannya, ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi,
serta susu dan hasil olahannya. Manusia dan hewan merupakan sumber kontaminasi Salmonella secara langsung maupun tidak
langsung. Bakteri ini dapat berasal dari manusia atau hewan yang terserang Salmonellosis, atau dari pembawa (carrier) bakteri tersebut (Supardi dan
Sukamto, 1999).
Salmonellosis adalah suatu infeksi yang kadang-kadang fatal,
terutama menyerang bayi atau hewan-hewan muda yang berumur kurang dari 1 tahun.
Gejala infeksi Salmonella dimulai
dari masuknya sejumlah sel Salmonella ke
dalam saluran pencernaan dan masuk ke dalam saluran usus. Sel-sel Salmonella kadang-kadang dapat menembus
sistem pertahanan mucosal dan limpatik, dan dapat mencapai saluran darah
sehingga dapat menyebabkan bakterimia atau abses (Supardi dan Sukamto, 1999).
2.9.1 Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)
Pengujian ALT dimaksudkan untuk mengetahui jumlah total
mikroorganisme yang ada pada suatu bahan makanan. Prinsip dari penentuan Angka Lempeng Total (ALT) menurut SNI 01-2332.3-2006 adalah setelah
sampel diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35°C ± 1°C selama 24 jam sampai 48 jam ± 1 jam, mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu
media agar, maka mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dengan
membentuk koloni yang dapat langsung dihitung.
Penentuan Angka Lempeng Total dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, metoda cawan agar tuang/pour plate yaitu
dengan menanamkan contoh ke dalam cawan petri terlebih dahulu kemudian
ditambahkan media agar. Kedua, metode cawan agar sebar/spread plate yaitu
dengan menuangkan terlebih dahulu media agar ke dalam cawan petri kemudian contoh diratakan pada
permukaan agar dengan menggunakan batang gelas bengkok. Menurut SNI 01-2332.3-2006 tahap dalam pengujian ALT dapat dilihat
pada Lampiran 2.
2.9.2 Pengujian Escherichia
coli
Menurut
Supardi dan Sukamto (1999), menyatakan bahwa Escherichia coli merupakan flora normal saluran pencernaan manusia
dan hewan. Bakteri tersebut dapat berubah menjadi oportunis pathogen bila hidup
diluar usus, misalnya pada infeksi saluran kemih, infeksi luka dan mastitis. Escherichia coli termasuk basil
coliform, merupakan flora komensal yang paling banyak pada usus manusia dan
hewan, hidup aerobik maupun fakultatif aerobik. Bakteri Escherichia coli termasuk dalam gram negatif, tidak berkapsul,
umumnya mempunyai fibria dan bersifat motile, bisa hidup pada kisaran suhu
44,5ºC, merupakan indikator cemaran air dan oleh tinja. Menurut SNI 01-2332.1-2006 pengujian Escherichia coli dapat dilihat pada
Lampiran 3.
2.9.3 Pengujian Salmonella
Bakteri Salmonella merupakan bakteri penyebab
infeksi, jika tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang
disebut salmonellosis. Salmonella merupakan salah satu genus dari
enterobacteriaceae, berbentuk batang gram negatif, anaerobik fakultatif dan
aerogenik (Supardi dan Sukamto, 1999).
Bakteri
ini dapat tumbuh pada suhu antara 5 - 47ºC, dengan suhu optimum 35-37ºC. Salmonella dapat tumbuh pada pH 4,1-9,0
dengan pH optimum 6,5-7,5. Salmonella hidup secara anaerobic fakultatif,
bakteri ini tidak dapat berkompetisi secara baik dengan mikroba yang umum
terdapat di dalam makanan (Supardi dan Sukamto, 1999). Tahapan pengujian Salmonella
menurut SNI 01-2332.2-2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Komentar
Posting Komentar