ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS

ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS
ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit. Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung / inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu dengan serius fungsi satu / lebih organ atau jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983 tentang bahan – bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan manusia secara langsung atau tidak langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di perlukan antara lain untuk :
a.         Pertumbuhan Badan
b.        Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak
c.         Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh
d.        Di perlukan untuk berkembang biak
e.         Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas

Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan makanan tersebut mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang mengandung racun , makanan yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena makanan yang mengandung mikroorganisme pathogen ( FOOD INFECTION )

1.2         Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, dapat kami berikan perumusan masalah dalam makalah ini yakni sebagai berikut:
1.        Bagaimana konsep penyakit keracunan itu?
2.        Dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien keracunan menurut teoritis?

1.3         Tujuan
1.        Tujuan Umum
Setelah di lakukan pembelajaran dan seminar di harapkan mahasiswa faham tentang Asuhan Keperawatan Keracunan
2.        Tujuan Husus
        Mengetahui dan memahami macam – macam zat racun yang biasa terdapat di masyarakat
        Terampil dalam menangani kasus – kasus keracunan akut maupun kronik
        Mampu memutuskan apa yang harus di lakukan pada penderita keracunan akut
        Dapat membicarakan dan membuat saran – saran tentang cara – cara untuk mencegah keracunan umum beserta sarana yang di perlukan




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Definisi keracunan makanan
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)

2.2         Anatomi fisiologi sistem pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a.    Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

b.    Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring

c.    Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang



d.   Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan phagus – “memakan”)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
·      bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
·      bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
·      serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

e.    Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
·      Kardia
·      Fundus
·      Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
·      Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
·      Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
·         Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
f.     Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

g.    Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
·         Kolon asendens (kanan)
·         Kolon transversum
·         Kolon desendens (kiri)
·         Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.




h.    Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
i.      Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

j.      Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.




k.    Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

l.      Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.

m.  Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
·      Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
·      Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

2.3         Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1.        Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a.    Escherichia coli patogen
b.    Staphilococus aureus
c.    Salmonella
d.   Bacillus Parahemolyticus
e.    Clostridium Botulisme
f.     Streptokkkus

2.        Bahan Kimia
a.    Peptisida golongan organofosfat
b.    Organo Sulfat dan karbonat

3.        Toksin
a.    Jamur
b.     Keracunan Singkong
c.    Tempe Bongkrek
d.   Bayam beracun
e.    Kerang


2.4         Patofisiologi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP )
mual muntah
devisit volume cairan

     perubahan perfusi jaringan

kekurangan O2 (Hipoksia)

G3 organ2 tubuh

HCL meningkat

Iritasi pada Lambung

pola napas tidak efektif

penurunan kesadaran & depresi cardiovaskuler

Distress pernapasan

Depresi SSP (sistem saraf pusat)


Racun masuk kedalam darah, paru, hati & ginjal


Faktor Penyebab (bahan kimia/kuman)
patoflow 













enzim asrtikolinesterase tubuh

Terlambat anoreksia

penurunan kesadara Perubahan nutrisi kurang dari keb. Tubuh n & depresi cardiovaskuler


Obstruksi trakheobronkeal
  








2.5         Manifestasi
1.        Gejala yang paling menonjol meliputi
a.    Kelainan Visus
b.    Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c.     Gangguan Saluran pencernaan
d.   Kesukaran bernafas
2.        Keracunan ringan
a.    Anoreksia
b.    Nyeri kepala
c.    Rasa lemah
d.   Rasa takut
e.    Tremor pada lidah dan kelopak mata
f.     Pupil miosis
3.        Keracunan sedang
a.    Nausea
b.    Muntah – muntah
c.    Kejang dan kram perut
d.   Hipersalifa
e.    Hiperhidrosis
f.     Fasikulasi otot
g.    Bradikardi
4.        Keracunan berat
a.    Diare
b.    Reaksi cahaya negatif
c.    Sesak nafas
d.   Sianosis
e.    Edema paru
f.     Inkontinensia urine dan feses
g.    Kovulsi
h.    Koma
i.      Blokade jantung akhirnya meninggal




2.6         Komplikasi
1.        Kejang
2.        Koma
3.        Henti jantung
4.        Henti napas (Apneu)
5.        Syok

2.7         Pemeriksaan penunjang
1.        BGA
2.        Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik .Keracunan Akut : Ringan 40 – 70 %
·         Sedang 20 – 40 %
·         Berat <>
·         Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.
3.        Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ – organ lainnya.

2.8         Penatalaksanaan
1.        Tindakan Emergensi
Airway        : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing    : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi      : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi jaringan.
2.        Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3.        Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
4.        Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus
5.        Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus

2.9         Pemeriksaan diagnostik
1.        Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
2.        Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
3.        Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4.        Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.


2.10     Pencegahan
1.        Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak aktif dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
2.        Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari jangakauan anak – anak
3.        Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
4.         Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5.         Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan
6.         Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa

2.11     ASUHAN KEPERAWATAN
A.  PENGKAJIAN
1.    Pemeriksaan fisik
a)    Keadaan umum
Kesadaran menurun
b)   Pernafasan
Nafas tidak teratur
c)    Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d)   Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
e)    Gastrointestinal
Muntah, diare
f)    Integumen
Berkeringat
g)   Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
h)   Integritas Ego
Gelisah, pucat 
i)     Eliminasi
Diare
j)     elaput lendir
Hipersaliva
k)   Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B.     DIAGNOSA
1.    Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2.    Defisit volume cairan b.d muntah, diare
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4.    Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

C.    INTERVENSI
1.    Devisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan         : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal  dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi
Rasional
§  Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
§  Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi


§  Dorong atau bantu klien dalam mengambil nafas dalam
§  untuk mengetahui pola nafas, dan keadaan dada saat bernafas
§  untuk memberikan kenyamanan dan memberikan posisi yang baik untuk melancarkan respirasi
§  untuk membantu melancarkan pernafasan klien

2.    Defisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi
Rasional
§  Awasi intake dan output, karakter serta jumlah feses

§  Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit
§  Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai indikasi
§  untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran kebutuhan cairan klien
§  untuk mengetahui apakah klien kekurangan cairan dengan mengamati sistem integuman.
§  untuk membantu menormalkan kembali cairan tubuh klien

3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia
Tujuan : nutrisi adekuat
Intervensi
Rasional
§  Catat adanya muntah


§  Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
§  Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi


§  Kolaborasi pemberian antisida sesuai indikasi
§  untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada saat klien muntah
§  untuk membantu klien agar tidak kekurangan nutrisi
§  untuk membantu klien agar dapat mencerna makanan dengan lancar serta tidak lagi mengalami mual, muntah 
§  untuk mengurangi nyeri pada abdomen



4.    Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2
Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Intervensi
Rasional
§  Observasi warna & suhu kulit atau membran mukosa
§  Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya kualitas nadi

§  Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral) sesuai indikasi
§  untuk mengetahui apakah klien mempunyai alergi kulit
§  untuk mengetahui apakah klien mengalami takikardi/bradikardi dan kekuatan pada ekstremitas
§  untuk menetralkan intake kedalam tubuh




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. A DENGAN KERACUNAN MAKANAN

kasus :
Tuan A di bawa kepuskesmas kertapati  oleh istrinya setelah makan tempe . istri klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek. kondisi klien mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi  dan pusing. Dari hasil pengkajian sementara didapatkanTekanan darah : 100/60 mmHg , BB : 45 kg (BB semula 55 kg) Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit), RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit) Suhu : 360C (36,5-37,5 0C)  istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat elergi sebelumnya.

A.           PENGKAJIAN
1.        Identitas klien
Nama klien             : Tn. A
Usia                                    : 26 tahun
Jenis kelamin          : Laki-laki
Tanggal masuk        : 14 febuari 2014
No. Register           : 0903055
Diagnosa medik      : Keracunan Makanan
2.        Keluhan utama
Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan tempe, pusing.
3.        Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 23 x/ menit, cepat dan dangkal
4.        Breathing
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat, Kedalaman : dangkal. RR : 23 x/ menit.
5.        Circulation
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit, capillary refill : <2 dtk="" sianosis="" span="" terdapat="" tidak="">, EKG menunjukkan sinus bradikardia.
6.        Disability
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2
7.        Tingkat kesadaran somnolen.
Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien
8.        Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek.
9.        Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.
10.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien.
11.    Anamnesa singkat
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
12.    Pemeriksaan head to toe
§  Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidakrontok.
§  Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+)terhadap cahaya kunjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
§  Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan pendengaran
§  Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
§  Wajah : wajah klien tampak simetris.
§  Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.
§  Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
§  Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 23 x/menit, cepat dan dangkal, HR 55x/menit, suara jantung s1 dan s2 tunggal.
§  Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka memar, peristaltik usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
13.    Pemeriksaan tanda-tanda vital:
§  Tekanan darah   : 100/60 mmHg
§  BB                                 : 45 kg (BB semula 55 kg)
§  Nadi                   : 67 x/ menit (70-80 x/menit)
§  RR                                 : 23 x/menit (N:16-20x/menit)
§  Suhu                   : 360C (36,5-37,5 0C)

B.            Diagnosa
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat ( Anoreksia, Mual dan Muntah )

C.           Intervensi
TGL/
JAM
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
14 Juni 2013
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jamdiharapkan bersihan jalan nafas menjadi efektif dengan kriteria hasil:
NOC 1 : Status Pernapasan : Pertukaran Gas tidak akan terganggu di buktikan dengan :
Kesadaran composmentis, TTV menjadi normal, pernafasan menjadi normal yaitu tidak mengalami nafas dangkal
1.    Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction, fisioterapi dada sesuai indikasi
2.    Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan
3.    Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.
4.    Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll,  dan reaksi yang biasa terjadi
5.    Monitor respon alergi selama 24 jam
6.    Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari alergen  
7.    Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
8.    Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi
9.        Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, obat anti allergi, terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium: AGD
14 Juni 2013
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pemenuhan nutrisi dapat adekuat/terpenuhi dengan kriteria hasil :
Status Gizi Asupan Makanan dan Cairan ditandai pasien nafsu makan meningkat, mual dan muntah hilang, pasien tampak segar
Status
Gizi; Nilai Gizi terpenuhidibuktikan dengan BB meningkat, BB tidak turun.
Pengelolaan nutrisi
1.    Ketahui kesukaan makanan pasien
2.    Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
3.    Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat
4.    Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
5.    Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
Bantuan menaikkan berat badan
1.      Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
2.      Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian makanan melalui slang.
3.      Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi
4.      Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat



BAB IV
PENUTUP

4.1         Kesimpulan
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu

4.2         Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat   memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSES PEMBEKUAN IKAN

Yang Ada Di Dalam Kamar Mesin Kapal (Engine Room)