makalah tentang PENDIDIKAN
TUGAS BAHASA INDONESIA
SISTEM BOARDING SCHOOL
![]() |
DI SUSUN OLEH :
Ø ADIAKSA BAHARUDDIN
Ø WA ODE NUR ASMA LA DIA
Ø CRISTINA EDA
Ø AYU ADHANA
Ø NURMAIDA
Ø VIVI ELFIRA ARDI
SUMP NEGERI BONE
SISTEM BOARDING SCHOOL
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat urgen, karena pendidikan merupakan salah satu
faktor yang dapat menentukan masa depan setiap anak. Orang tua pun
tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan melihat anaknya
menjadi pribadi yang sukses, sukses yang bukan hanya dalam hal
“materi” namun juga suskses dalam mengendalikan dan
memberdayakan potensi baiknya.
Perkembangan lingkungan sosial yang
begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang begitu
meresahkan bagi perkembangan pendidikan dan pembentukan pribadi anak,
seperti meluasnya peredaran obat terlarang, pergaulan bebas, tawuran remaja
sehingga menumbuhkan kekhawatiran pada orang tua mereka. Ditambah globalisasi
di bidang budaya, etika dan moral yang didukung oleh kemajuan teknologi di
bidang tarnsportasi dan teknologi. Bagi anak yang tidak dapat memanfaatkan
perkembangan dunia dengan baik dan benar akan menghantarkan mereka pada
perilaku yang menyimpang dari agama dan mangakibatkan krisis moral pada anak
bangsa.
Dengan demikian, diperlukan
suatu pendidikan yang mana di dalamnya tidak hanya memberikan
pengetahuan-pengetahuan pada anak yang hanya bersifat umum, tetapi juga
pengetahuan keagamaan yang dapat memperbaiki akhlak dan dapat dijadikan panduan
untuk menjalani kehidupan yang lebih terarah dan tidak menyimpang dari ajaran
sang Khaliq. Ini berarti ada keseimbangan antara pengetahuan umum dan agama.
Untu kitu, (boarding school) merupakan salah satu solusi
baik untuk mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang dan untuk
mencapai keunggulan, baik pada aspek akademik, non akademik, maupun pribadi
yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri anak. Dan terpenting siap untuk
mengabdikan dirinya pada masyarakat, agama dan bangsa.
PENGERTIAN DAN
SEJARAH AWAL BOARDING SCHOOL (PESANTREN)
1. Pengertian Boarding School
a. Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti
asrama, dan schoolberarti sekolah.
[1] Boarding School adalah system
sekolah berasrama, di mana peserta didik dan juga para guru dan pengelola
sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun
waktu tertentu.
[2]Boarding school adalah sekolah yang
memiliki asrama, di mana para siswa hidup, belajar secara total di lingkungan
sekolah. Karena itu segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar
disediakan oleh sekolah. Sekolah berasrama ini bisa juga kita sebut dengan
Pesantren.
b. Adapun secara umum, arti dari
Pendidikan (Boarding School) sebagaimana tertulis dalam Word net
bag.30 adalah a private school where students are lodged and fed
as well as taught, artinya adalah: “sebuah sekolah swasta di mana siswa
diasramakan, diberi makan serta diberi pelajaran”.[3]
c. Menurut Oxford dictionary,
pendidikan kepesantrenan (Boarding School) is school where some
or all pupil live during the term. Artinya adalah : Sekolah
berasrama adalah lembaga pendidikan yang mana sebagian atau seluruh
siswanya belajar dan tinggal bersama selama kegiatan pemebelajaran).[4]
2. Faktor-faktor Berkembangnya Boarding School
Keberadaan Boarding School
adalah suatu konsekuennsi logis dari perubahan lingkungan social dan keadaan
ekonomi serta cara pandang religiousitas masyarakat. Dijelaskan sebagai
berikut:
a. Lingkungan sosial yang kini telah
banyak berubah, terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi
tinggal dalam suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal
dengan keluarga besar satu klan atau marga telah lama bergeser ke arah
masyarakat yang hetrogen, majemuk, dan plural. Hal ini berimbas pada pola
perilaku masyarakat yang berbeda karena berada dalam pengaruh nilai-nilai yang
berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat yang terdidik dengan
baik menganggap bahwa lingkungan social seperti itu sudah tidak lagi kondusif
bagi pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan perkembangan anak.
b. Keadaan ekonomi masyarakat yang
semaki nmembaik, mendorong pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti
kesehatan dan pendidikan. Bagi kalangan menengah-atas yang baru muncul akibat
tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi
yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya penghasilan
mereka. Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan pendidikan yang
terbaik bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah diterima oleh orang
tuanya.
c. Cara pandang religiusitas masyarakat
telah, sedang, dan akan terus berubah. Kecenderungan terbaru masyarakat
perkotaan sedang bergerak ke arah yang semakin religius. Indikatornya adalah
semakin diminati dan semaraknya kajian dan berbagai kegiatan keagamaan.
Modernitas membawa implikasi negative dengan adanya ketidak seimbangan antara
kebutuhan ruhani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal yang sama
akan menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan generasi
yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik mendorong orang tua
mencarikan system pendidikan alternatif.[5]
3. Jenis-Jenis Boarding School :
a. Menurut sistem bermukim siswa :
· All Boarding School : Seluruh siswa tinggal di asrama
kampus atau sekolah.
· Boarding day School : Mayoritas siswa tinggal di sekolah
dan sebagian lagi dilingkungan sekitar kampus atau sekolah.
· Day boarding : Mayoritas tidak tinggal di kampus
meskipun ada sebagian yang tetap tinggal di kampus atau sekolah.
b. Menurut jenis siswa :
· Junior Boarding School : Sekolah yang menerima murid dari
tingkat SD s/d SMP, namun biasanya hanya SMP saja.
· Co-educational School : Sekolah yang menerima siswa
laki-laki dan perempuan.
· Boys School : Sekolah yang menerima siswa
laki-laki saja.
· Girl School : Sekolah yang menerima siswa
perempuan saja.
· Pre-professional arts School : Sekolah khusus untuk seniman.
· Religius School : Sekolah yang kurikulumnya mengacu
pada agama tertentu.
4. Keunggulan Boarding School
Banyak keunggulan yang
terdapat dalam sistem pemondokan atau boarding school ini. Dengan sistem
mesantren atau mondok, seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara
kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotor. Belajar afektif adalah mengisi
otak siswa atau santri dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, dengan cara
melatih kecerdasan anak. Sementara menghadapi era modernisme seperti sekarang
ini, otak siswa tidak lagi cukup dengan dipenuhi ilmu pengetahuan, melainkan
perlu keterampilan dan kecerdasan merasa dan berhati nurani. Sebab, pada
kenyataannya, dalam menghadapi kehidupan, manusia menyelesaikan masalah tidak
cukup dengan kecerdasan intelektual, melainkan perlu kecerdasan emosional (EQ)
dan kecerdasan spiritual (SQ). Mengajarkan kecerdasan emosional dan spiritual
tidak cukup dilakukan secara kognitif, sebagaimana mengajarkan kecerdasan
intelektual. Dalam hal ini diperlukan proses internalisasi dari berbagai
pengertian yang ada dalam rasio ke dalam hati sanubari.
Salah satu
cara terbaik mengajarkan dunia afektif adalah pemberian teladan dan
contoh dari para pemimpin dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar anak.
Dengan mengasramakan anak didik sepanjang 24 jam, anak didik tidak hanya
mendapatkan pelajaran secara kognitif, melainkan dapat menyaksikan langsung
bagaimana perilaku ustadz, guru, dan orang-orang yang mengajarkan mereka. Para
siswa bisa menyaksikan langsung, bahkan mengikuti imam, bagaimana cara salat
yang khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran salat, misalnya,
yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada imam yang salatnya
khusuk.
Di samping itu, dengan sistem boarding school, para
pimpinan pesantren dapat melatih psikomotorik anak lebih optimal. Dengan
otoritas dan wibawa yang dimiliki, para guru mampu mengoptimalkan psikomotorik
siswa, baik sekadar mempraktikkan berbagai mata pelajaran dalam bentuk
gerakan-gerakan motorik kasar maupun motorik lembut, maupun berbagai gerakan
demi kesehatan jiwa dan psikis anak.
Karena sistem
boarding school mampu mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa, maka sistem mesantren ini memiliki prasyarat agar para guru
dan pengelola sekolah siap mewakafkan dirinya selama 24 jam. Selama siang dan
malam ini, mereka melakukan proses pendidikan, baik ilmu pengetahuan, maupun
memberikan contoh bagaimana mengamalkan berbagai ilmu yang diajarkan tersebut.
Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem
boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi
keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan
ilmu agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap
siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school yang
diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang lebih
leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing,
kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan
selalu diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan
senantiasa diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24
jam.
Pembinaan mental siswa secara khusus mudah
dilaksanakan, ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau,
tradisi positif para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya
nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa
terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para siswa dan
guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasih
sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggungjawab,
kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati dan dipantau oleh para
guru / pembimbing.[7]
Selain itu, ada juga beberapa
keunggulan Boarding School jika dibandingkan dengan sekolah regular, yaitu :
a. Program Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada
kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek kehidupan anak yang tidak
tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan
program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat
merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program pendidikan
keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai
membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran
teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun
belajar hidup.
b. Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap,
mulai dari fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik (AC, 24
siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium, klinik, sarana olah
raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di
asrama fasilitasnya adalah kamar (telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat
handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi,
gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es, detector
kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu
darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan
kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap, microwape,
lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat
sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.
c. Guru yang Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan
persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah
konvensional. Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan kemampuan
paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di
sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahasa asing: Inggris, Arab,
Mandarin, dll. Sampai saat ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah berasrama
(Boarding School) belum mampu mengintegrasikan guru sekolah dengan guru asrama.
Masih terdapat dua kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan
kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah dan pengasuhan
dilakukan oleh guru asrama.
d. Lingkungan yang Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam
komplek sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru
atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang
dewasa yang ada di Boarding Schooladalah guru. Siswa tidak bisa lagi diajarkan
bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam
berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan
kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya
maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principalberbahasa asing. Begitu
juga dalam membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat
mengimplementasikan agama secara baik.
e. Siswa yang heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai
latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari
berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat
kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif
untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan
teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom
anak dan menghargai pluralitas.
f. Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga
keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola
pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat
sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa”
dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan keamanan
diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena
penyakit menular), tidak narkoba, terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan
keamanan fisik (tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan
dunia maya.
g. Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang
komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan
lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika
dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak
pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah
karena 24 jam anak bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan tidak ada variable
lain yang “mengintervensi” perkembangan dan progresivits pendidikan anak,
seperti pada sekolah konvensional yang masih dibantu oleh lembaga bimbingan
belajar, lembaga kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama dapat
melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat dan
potensi individunya.[8]
5. Kelemahan Boarding School
Sampai saat ini sekolah-sekolah
berasrama masih banyak memiliki persoalan yang belum dapat diatasi sehingga
banyak sekolah berasrama layu sebelum berkembang. Adapun Faktor-faktornya
adalah sebagai berikut :
a. Ideologi Boarding School yang Tidak
Jelas
Term ideology digunakan untuk menjelaskan
tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah religius, nasionalis, atau
nasionalis-religius. Yang mengambil corak religius sangat beragam dari yang
fundamentalis, moderat sampai liberal. Masalahnya dalam implementasi
ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias
dan keluar dari pakem atau frame ideology tersebut. Hal itu juga serupa dengan
yang nasionalis, tidak mengadop pola-pola pendidikan kedisiplinan militer
secara kaffah, akibatnya terdapat kekerasan dalam sekolah berasrama. Sementara
yang nasionalis-religius dalam praktik sekolah berasrama masih belum jelas
formatnya.
b. Dikotomi guru sekolah vs guru asrama
(pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari
guru yang cocok untuk sekolah berasrama. Sekolah-sekolah tinggi keguruan (IKIP
dan Mantan IKIP) tidak “memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya,
masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya sendiri sesuai dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas
hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah
tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi
tersebut harus melekat dalam sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak
terjadinya saling menyalahkan dalam proses pendidikan antara guru sekolah
dengan guru asrama.
c. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama
adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum akademiknya dapat
dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum
KTSP-nya produk Depdiknas dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum
international dan muatan lokal. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan
sangat beragam, dari yang sangat militer (disiplin habis) sampai ada yang
terlalu lunak. Kedua-duanya mempunyai efek negative. pola militer melahirkan
siswa yang berwatak kemiliter-militeran dan terlalu lunak menimbulkan watak
licik yang bisa mengantar siswa mempermainkan peraturan.
d. Sekolah dan Asrama Terletak Dalam
Satu Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu
lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak
berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah Asrama.
Pengembangan Institusional Boarding School
Sekarang ini, ada dua fenomena
menarik dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni munculnya sekolah-sekolah
terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah); dan penyelenggaraan sekolah
bermutu yang sering disebut dengan boarding school. Para murid mengikuti pendidikan
reguler dari pagi hingga siang di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan
pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari. Selama 24
jam anak didik berada di bawah didikan dan pengawasan para guru pembimbing.Di
lingkungan sekolah ini mereka dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara
intensif. Selama di lingkungan asrama mereka ditempa untuk menerapkan ajaran
agama atau nilai-nilai khusus tadi, tak lupa mengekspresikan rasa seni dan
ketrampilan. Hari-hari mereka adalah hari-hari berinteraksi dengan teman sebaya
dan para guru. Rutinitas kegiatan dari pagi hingga malam sampai ketemu pagi
lagi, mereka menghadapi “makhluk hidup” yang sama, orang yang sama, lingkungan
yang sama, dinamika dan romantika yang seperti itu pula. Dan dari situlah
mereka mulai belajar hidup yang sebenarnya.
Kehadiran boarding school adalah
suatu keniscayaan zaman kini. Keberadaannya adalah suatu konsekwensi logis dari
perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas
masyarakat. Seperti misalnya, lingkungan sosial kita kini telah banyak berubah
terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam
suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan
keluarga besar satu klan atau marga telah lama bergeser ke arah masyarakat yang
heterogen. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena
berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula.
Dari segi sosial, sistem boarding
school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang
cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan
sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing.
Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai sarana mengejar cita-cita. Dari
segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna. Oleh karena
itu anak didik akan benar-benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan
dan fasilitas. Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan
pendidikan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan
spiritual.
Nampaknya, konsep boarding school
menjadi alternatif pilihan sebagai model pengembangan pendidikan yang akan
datang. Pemerintah diharapkan semakin serius dalam mendukung dan mengembangkan
konsep pendidikan seperti ini. Sehingga, Boarding school menjadi lembaga
pendidikan yang maju dan bersaing dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan.
Kesimpulan
Sekolah Berasrama adalah
alternative terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak mereka dalam kondisi
apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari
pengelola, guru, dan pengasuh di sekolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul
dipersiapkan untuk masuk ke dalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak
hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya
dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan
menaklukkan dunia ini. Di sekolah berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi
manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup
untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara.
Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan
lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita
tersebut.
Ada beberapa tipe yang terdapat
dalam Boarding school, yaitu:
a) Menurut Sistem Bermukim Siswa :
1. All Boarding School
2. Boarding day School
3. Day boarding
b) Menurut Jenis Siswa
1. Junior Boarding School
2. Co-educational
School
3. Boys
School
4. Girl School
5. Pre-professional arts School
6. Religius School
7. Special needs Boarding School
Komentar
Posting Komentar