Kepiting rajungan
Kepiting
Rajungan
Klasifikasi
dan Morfologi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Artropoda
Sub
filum : Mandibulata
Kelas
: Crustacea
Sub
kelas : Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Sub
ordo : Brachyura
Famili
: Portunidae
Genus
: Portunus
Spesies
: Portunus pelagicus
Ciri-ciri morfologi kepiting rajungan (Portunus
pelagicus) adalah sebelah kiri dan kanan karapaksnya terdapat duri yang
besar. Duri-duri sisi belakang matanya berjumlah sembilan buah (termasuk duri
besar). Rajungan jantan karapaksnya berwarna dasar biru ditaburi bintik-bintik
putih yang beraneka ragam bentuknya. Sedangkan yang betina berwarna dasar hijau
kotor dengan bintik-bintik seperti jantan (Soim, 1994)
Menurut Afrianto dan Liviawaty
(1992) pada bagian perut (dada) kepiting jantan umumnya organ kelamin berbentuk
segitiga yang sempit dan agak meruncing dibagian depan, sedangkan organ kelamin
kepiting betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan dibagian depannya
agak tumpul (lonjong).
Mirzads’s Blog
Just
another WordPress.com weblog
Pengemasan
Daging Rajungan Pasteurisasi dalam Kaleng
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal sebagai
negara bahari dimana wilayah lautnya mencakup tiga perempat luas Indonesia atau
5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, sedangkan luas
daratannya hanya mencapai 1,9 juta km2. Wilayah laut yang sangat
luas tersebut mengandung sumber daya alam perikanan yang sangat berlimpah
(Bahar 2004), salah satunya adalah kepiting. Kepiting yang ada di Perairan Indo
Pasifik lebih dari 234 jenis dan sebagian besar yaitu 124 jenis ada di Perairan
Indonesia. Jenis kepiting yang populer sebagai bahan makanan dan mempunyai
harga yang cukup mahal adalah Scylla serrata,
dan jenis lain yang tidak kalah penting di pasaran adalah Portunus pelagicus yang biasa
disebut rajungan (Bahar 2004).
Rajungan
(Portunus pelagicus) merupakan kepiting laut yang banyak terdapat di
Perairan Indonesia yang biasa ditangkap di daerah Gilimanuk (pantai utara
Bali), Pengambengan (pantai selatan Bali), Muncar (pantai selatan Jawa Timur),
Pasuruan (pantai utara Jawa Timur), daerah Lampung, daerah Medan, dan daerah
Kalimantan Barat. Rajungan telah lama diminati oleh masyarakat baik di dalam
negeri maupun luar negeri, oleh karena itu harganya relatif mahal. Manfaat
rajungan sebagai bahan pangan berupa daging rajungan kaleng yang berkualitas
tinggi dan memiliki protein cukup tinggi (Suwignyo 1989).
Pengalengan daging rajungan ini
menggunakan teknologi pengolahan secara pasteurisasi, yaitu suatu proses
pengolahan yang mengoptimalkan proses termal sehingga dapat membunuh sebagian
besar mikroba yang bersifat patogen tapi tidak semua mikroba dan biasanya
menggunakan suhu di bawah 1000C. Tahapan proses pengalengan rajungan
biasanya meliputi penerimaan, sortasi, pengecekan akhir bahan baku,
pencampuran, pengisian daging, penimbangan, penutupan kaleng, pengkodean,
pasteurisasi, pendinginan, pengemasan atau pengepakan, penyimpanan dingin, dan
pengangkutan (Moeljanto 1992).
Praktek lapang ini mempelajari proses
pengemasan dan penyimpanan produk akhir daging rajungan kaleng pada PT. Mina
Global Mandiri, Purwakarta-Jawa Barat. Pengemasan disebut juga pembungkusan,
pewadahan atau pengepakan, dan merupakan salah satu cara pengawetan produk
hasil perikanan, karena pengemasan dapat memperpanjang umur simpan produk.
Pengemas adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas. Sebelum
dibuat oleh manusia, alam juga telah menyediakan kemasan untuk bahan pangan.
Dalam dunia modern seperti sekarang ini, masalah kemasan menjadi bagian
kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama dalam hubungannya dengan produk
pangan. Ruang lingkup bidang pengemasan saat ini juga sudah semakin luas, dari
mulai bahan pengemas yang sangat bervariasi hingga model atau bentuk dan
teknologi pengemasan yang canggih dan menarik.
Pada pengalengan daging rajungan menggunakan
kaleng plat timah. Menurut Julianti dan Nurminah (2007), plat timah (tin plate) adalah bahan yang
digunakan untuk membuat kemasan kaleng, terdiri dari lembaran baja dengan
pelapis timah. Kelebihan dari tin plate adalah
mengkilap, kuat, tahan karat dan dapat disolder. Fungsi paling mendasar dari
kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan,
sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan.
Secara umum fungsi pengemasan pada
bahan pangan adalah :
(1) mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga
konsumen,
(2) melindungi dan mengawetkan produk seperti melindungi dari
sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari
kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk, (3) sebagai
identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi
dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan,
(4) meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan
penghitungan (satu kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), (5)
memudahkan pengiriman dan penyimpanan, (6) menambah daya tarik calon pembeli,
(7) sarana informasi dan iklan, (8) serta memberi kenyamanan bagi pemakai.
Di samping fungsi-fungsi di atas,
kemasan juga mempunyai peranan penting dalam industri pangan,yaitu : pengenal
identitas produk, penghias produk, piranti monitor, media promosi, media
penyuluhan atau petunjuk cara penggunaan dan manfaat produk yang ada
didalamnya, bagi pemerintah kemasan dapat digunakan sebagai usaha perlindungan
konsumen, dan bagi konsumen kemasan dapat digunakan sebagai sumber informasi
tentang isi atau produk.
Kemasan juga mempunyai sisi hitam
karena sering disalahgunakan oleh produsen untuk menutupi kekurangan mutu atau
kerusakan produk, mempropagandakan produk secara tidak proporsional atau
menyesatkan sehingga menjurus kepada penipuan atau pemalsuan. Pengemasan bahan
pangan juga dapat menambah biaya produksi, dan ada kalanya biaya kemasan dapat
jauh lebih tinggi dari harga isinya. Untuk produk yang dikonsumsi oleh kelompok
konsumen yang mengutamakan pelayanan, maka hal ini tidak menjadi masalah, akan
tetapi untuk produk-produk yang dikonsumsi oleh masyarakat umum maka biaya
pengemasan yang tinggi perlu dihindari. Biaya pengemasan utama sekitar 10-15%
dari biaya produk dan biaya kemasan tambahan sekitar 5-15% dari biaya produk.
Produk akhir pengalengan daging
rajungan pasteurisasi yang telah dikemas membutuhkan ruang penyimpanan yang
dilengkapi dengan mesin pendingin untuk mempertahankan mutu produk sebelum
produk diekspor. Ikan termasuk rajungan mengalami penurunan mutu dengan cepat
dan waktu penyimpanan akan singkat jika ikan tidak ditangani dan disimpan
secara tepat (Ranoemiharjo dan Soeyanto 1991). Penerapan teknologi refrigerasi
(suhu rendah) pada dunia usaha perikanan atau industri perikanan sangat
menguntungkan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain: memperpanjang operasi
pabrik pengolahan karena dapat menghimpun stok bahan baku pada waktu musim
panen raya dan memperpanjang waktu penyimpanan dan memperluas jaringan
distribusi (Ilyas 1983). Oleh karena itu perlu adanya pembahasan lebih lanjut
mengenai pengemasan dan penyimpanan produk akhir pada pengalengan daging
rajungan pasteurisasi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktek
lapang ini adalah untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan mahasiswa
dibidang pengolahan hasil perikanan. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
1) Sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 pada Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2) Mengetahui dan
mempelajari kegiatan usaha perikanan di
PT. Mina Global Mandiri,
Purwakarta-Jawa Barat.
3) Menambah wawasan
mahasiswa dibidang pengemasan dan penyimpanan produk akhir khususnya pengalengan
daging rajungan pasteurisasi.
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Rajungan (Portunus pelagicus)
Klasifikasi lengkap dari Rajungan menurut Suwignyo (1989)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Eumetazoa
Grade : Bilateria
Divisi : Eucoelomata
Section : Protostomia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Reptantia
Seksi : Brachyura
Sub Seksi : Branchyrhyncha
Famili : Portunidae
Sub Famili : Portunninae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagicus
dwiaryanti
no pain no gain
tak ada kemudahan tanpa perjuangan
Pengikut
Minggu,
03 November 2013
PROSES
PENGALENGAN RAJUNGAN (PORTUNUS PELAGICUS
PROSES PENGALENGAN RAJUNGAN
(PORTUNUS
PELAGICUS)
Oleh
: Dwi Aryanti Lestari
Dibimbing
oleh : Nurdin Kasim,
S.St.Pi, M.Si
Rafi Ohorella, S.St.Pi
Abstrak
:
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan anggota kelas Crustacea yang menjadi
salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia selain udang dan kepiting.
Rajungan termasuk komoditas ekspor penting karena memiliki daging yang sangat
enak dan dapat diolah menjadi berbagai macam masakan sehingga sangat diminati
oleh para pecinta seafood. Rajungan biasanya diekspor dalam bentuk rajungan
beku tanpa kepala dan kulit serta dalam bentuk olahan (kemas dalam kaleng)
PT. Nuansa Cipta Magello, Makassar merupakan salah satu industri
perikanan yang bergerak dalam bidang rajungan kaleng. Kegiatan pelaksanaan PKL
yang dilaksanakan 4 bulan ini bertujuan untuk Menambah pengetahuan, pengalaman
dan wawasan siswa dibidang pengolahan hasil perikanan, serta mengetahui dan
mempelajari kegiatan usaha perikanan di PT. Nuansa Cipta Magello.
A. PENDAHULUAN
Hasil perikanan Indonesia yang
dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor terdiri atas beberapa jenis yakni
perikanan darat (ikan hasil empang dan tambak, udang, dll ), serta perikanan
laut yang produknya meliputi Rajungan, udang, tuna, rumput laut, dan lain-lain.
Sejauh ini baru tuna , udang fillet dan rajungan yang memiliki nilai cukup baik
untuk diekspor (Irstiyanto, 2013).
Rajungan atau Portunus pelagicus
merupakan hewan yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Rajungan banyak
diminati oleh masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri, Rajungan
banyak diminati di negara-negara asing seperti Amerika. Karena rasanya yang
gurih serta kandungan protein yang tinggi. Setiap tahun permintaan rajungan
makin bertambah pula. Rajungan dipasarkan dalam bentuk kaleng yang sebelumnya
telah mendapat berbagai perlakuan.
Adapun alur proses pengalengan
rajungan kaleng yaitu: penerimaan bahan baku, penyortiran, pengecekan ulang,
pencampuran, pengisian dalam kaleng, penutupan kaleng, pengkodean, pasteurisasi,
chilling, pengemasan , penyimpanan akhir , stuffing.
Berdasarkan informasi-informasi
di atas penyusun merasa tertarik untuk mengambil judul pengalengan rajungan (portunus
pelagicus). Dengan harapan dapat mengetahui bagaimana cara memproduksi
daging rajungan yang baik dan benar.
B. TINJAUAN
PUSTAKA
Klasifikasi lengkap dari Rajungan (Portunus pelagicus),
menurut Suwignyo cit Mirzads (2009), adalah sebagai
berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
:
Arthropoda
Kelas
:
Crustacea
Sub
Kelas : Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Portunidae
Genus
: Portunus
Spesies
: Portunus pelagicus
Portunus pelagicus (Rajungan) adalah kepiting
yang berenang dan mempunyai sepasang kaki renang yang dimodifikasi untuk
mendayung. Karapasnya bertekstur kasar dan lebar yang mempunyai proyeksi
tertinggi di setiap sudutnya. Capitnya panjang dan ramping. Rajungan merupakan
binatang aktif, namun ketika sedang tidak aktif atau dalam keadaan tidak
melakukan pergerakan, rajungan akan diam di dasar perairan sampai kedalaman 35
meter dan hidup membenamkan diri dalam pasir di daerah pantai berlumpur, hutan
bakau, dan batu karang. Akan tetapi sekali-kali rajungan juga dapat terlihat
berenang dekat permukaan (Anonim cit Mirzads, 2009).
Di perairan Indonesia dijumpai ada 1.400 jenis. Jenis-jenis yang umum dijumpai
di perairan Teluk Jakarta adalah rajungan (P. pelagicus) dan kepiting (Scylla
serrata). Di antaranya yang berukuran cukup besar dan bisa dimakan adalah
dari jenis Charybdis feriatus dan Thalamitta prymna (Anonim,
2004).
Rajungan yang bernama latin Portunus pelagicus, merupakan jenis kepiting
yang sangat popular dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup
mahal. Rajungan merupakan kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut
(Anonim, 2007).
Daging kepiting dan rajungan mempunyai nilai gizi tinggi. Kandungan protein
rajungan lebih tinggi daripada kepiting. Kandugan karbohidrat, kalsium, fosfor,
zat besi, vitamin A, dan vitamin B1. Rata-rata per 100 gram daging kepiting dan
rajungan berturut-turut sebesar 14,1 gram, 210 mg, 1,1 mg, 200 SI, dan 0,05
mg/100 g (Anonim, 2007).
Portunus pelagicus
merupakan jenis yang mempunyai nilai ekspor tinggi dalam bentuk rajungan beku
atau di kemasan dalam kaleng (Anonim, 2004).
C. PEMBAHASAN
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di PT. Nuansa Cipta Magello Makassar adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan Bahan
Baku
Receiving atau penerimaan bahan baku adalah tempat
dimana daging (meat) mendapat perlakuan. bahan baku berupa daging
rajungan kupas yang berasal dari miniplant diberbagai daerah seperti
Makassar, Maros, Bone, Kendari, dan Takalar.
Bahan baku dikemas dengan menggunakan wadah toples dan plastik kemudian di
masukkan ke dalam styrofoam yang tertutup rapat dengan perekat. Suhu
penerimaan tidak kurang dari 50C.
Pada saat penerimaan dilakukan uji organoleptik oleh QC dengan menerapkan
sistem FIFO.
2. Penyortiran
Tujuan sortasi adalah mendapatkan hasil yang
seragam, baik dalam hal kesegarannya, ukurannya, jenisnya, maupun mutunya
(Permana, 2013). Penyortiran dilakukan berdasarkan jenis daging dengan tujuan
untuk memisahkan daging dari sisa cangkang rajungan dan benda asing
(rambut,ulat, semut , plastik, dan bahan pengotor lainnya. Dengan suhu ruangan
240C.
3. Pengecekan ulang dengan
lampu UV
Pengecekan dengan menggunakan lampu UV (ultra violet) merupakan proses
penyortiran ulang. Dengan tujuan agar tulang-tulang kecil dan benda-benda asing
yang masih terdapat pada serpihan daging dapat dihilangkan.
4. Pencampuran (Mixing)
Mixing merupakan
pencampuran rajungan dari satu pemasok dengan daging rajungan dari pemasok
lain untuk memperoleh kualitas daging yang baik. Formulasi daging yang
dicampur telah ditetapkan berdasarkan jenis daging dan standar yang ditentukan
oleh buyer (pembeli).
5. Pengisian daging dalam
kaleng (Filling)
Sebelum dilakukan pengisian daging dalam kaleng dilakukan pencucian terlebih
dahulu dengan menggunakan air panas dengan suhu 600C. Setelah
dilakukan pencucian pada kaleng dilanjutkan dengan penambahan SAPP ( Sodium
Acid Phyrosphopate ) untuk bawahan dan atasan, dengan tujuan untuk
mempertahankan warna daging pada saat berada dalam kaleng.
Adapun
jenis-jenis produk pada proses pengalengan rajungan adalah :
1. Produk Claw Meat
Produk Claw Meat adalah produk daging yang dihasilkan dari daging
rajungan yang telah dipisahkan dari tulang-tulang kecil (shell) dan
benda-benda asing yang masih terdapat pada daging. Daging Claw Meat terbagi
atas 3 jenis daging yaitu daging solide, meros dan campuran Claw meat.
Ketiga jenis daging tersebut terdapat pada bagian capit, kaki jalan, dan kaki
renang pada rajungan.
2. Produk Super Lamp
Produk Super lamp yaitu berupa daging rajungan yang terdapat pada bagian
paha kepiting. Daging tersebut berwarna putih yang disebut dengan daging jus (jumbo
undersize). Daging ini memiliki bentuk agak bulat berwarna putih dan utuh.
Berat daging 1,5 gram – 3,4 gram, dalam proses penyusunan daging terdiri dari 3
lapisan yaitu :
·
Daging jus (jumbo Undersize) utuh
·
Campuran jus
·
Daging jus ( jumbo undersize ) utuh
3. Produk
Jumbo
Daging jumbo merupakan daging rajungan yang masih utuh yang terdapat
pada bagian paha rajungan. Daging ini memiliki bentuk yang sama dengan daging
jus akan tetapi yang membedakan yaitu berat dagingnya. Daging jumbo memiliki
ukuran 3,5 gram-9,9 gram. Dalam proses pengalengannya, jenis produk ini hanya
terdiri dari satu jenis daging saja yaitu daging jumbo. Daging tersebut
disusun secara teratur, biasanya daging tersebut disusun dengan dua arah yaitu
kiri dan kanan
4. Produk Backfin (BF)
Apabila daging grade jumbo pecah atau rusak (Broken Jumbo) masuk ke
dalam grade Backfin. Daging backfin berasal dari daging rajungan
yang terdapat pada bagian dada rajungan.
Daging backfin berasal dari daging rajungan yang terdapat pada bagian
dada rajungan. Proses pengalengan Backfin terdiri dari 3 lapisan yaitu
·
Daging Flower Utuh pada Lapisan Bawah
·
Campuran Backfin (daging putih/Broken Jumbo)
·
Daging Flower utuh (pada lapisan atas)
5. Produk
spesial
Daging spesial berasal dari serpihan-serpihan daging antara flower dengan
lamp tunggal (serpihan jumbo).
Proses
pengalengan spesial terdiri dari 3 lapisan yaitu :
·
Grazing (pada lapisan bawah )
·
Campuran spesial
·
Grazing ( pada lapisan atas)
6. Penimbangan ( Weighing)
Daging yang sudah di masukkan dalam kaleng
dilakukan penimbangan akhir untuk mencapai berat 454 gram. Penimbangan ini
bertujuan untuk mncegah terjadinya kelebihan berat maupun kekurangan berat pada
produk akhir.
7. Penutupan kaleng ( seaming
)
Penutupan kaleng dilakukan secara hermetis
menggunakan mesin double seamer, proses pengepresan dilakukan kurang
lebih 5 detik. setiap 1 jam diambil satu kaleng untuk dilakukan pengecekan
terhadap dimensi kaleng ( seaming teardown evaluation)
Tabel.
Standar evaluasi pembongkaran seam kaleng di PT. Nuansa
Cipta Magello
Pengukuran
|
Standar
yang digunakan
|
Tinggi
kaleng
|
77,55
- 78,10 mm
|
Ketebalan
Seam
|
1,23
- 1,40 mm
|
Counter
Sink
|
3,05
- 3,50 mm
|
Lebar
seam
|
2,80
– 3,17 mm
|
Kait
badan
|
1,80
- 2,24 mm
|
Kait depan
|
1,80 - 2,18 mm
|
Overlap
|
Min 1,10
|
Bebas kerut
|
Min. 70 %
|
Setelah
kaleng ditutup dilakukan pengkodean. Pemberian kode dilakukan pada bagian bawah
kaleng dengan menggunakan mesin coding jet print. Tujuan dari pengkodean
adalah untuk mempermudah pelacakan atau recall produk jika terjadi
masalah.
8. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah pemasakan daging lunak seperti rajungan dengan suhu kurang
dari 2120F(Permana, 2013) .
Proses pasteurisasi
yang dilakukan di PT. Nuansa Cipta magello merupakan proses pemasakan daging dalam kaleng pada suhu
1870 F selama 140 menit. Kaleng yang telah ditutup dan diberi kode dimasukkan ke
dalam basket untuk selanjutnya dipasteurisasi. Tiap basket berisi 72 kaleng.
Pasteurisasi dilakukan pada bak pasteurisasi yang telah terisi air bersih.
Sumber panas pasteurisasi berasal dari uap panas yang dihasilkan oleh boiler
dan disalurkan dengan pipa khusus ke bak pasteurisasi. di dalam bak pasteurisasi juga dialiri gas yang
menimbulkan gelembung udara yang berasal dari kompresor dan bertujuan untuk
meratakan panas. Pasteurisasi dilakukan selama 140 menit pada suhu 187oF.
9. Pendinginan
(Chilling)
Proses pendinginan merupakan perlakuan thermal shock pada produk dengan
pendinginan pada suhu 320F selama 2 jam menggunakan air bersih
sebanyak + 2600 liter. Kemudian ditambahkan dengan es
sebanyak 109,2 ml dari 0,42 dalam 10 liter air dengan konsentrasi klorin 5 ppm.
Pada setiap tank chilling terdiri dari 8 basket besi dan setiap satu
basket diberi es sebanyak satu basket sebagai atasan. Proses ini dilakukan
segera setelah produk diangkat dari bak pasteurisasi.
Pada tahap pendinginan juga dilakukan pemantauan secara berkala terhadap suhu
air dan produk menggunakan termometer manual dan sensor suhu. Hasil rekaman
suhu digunakan untuk menentukan nilai f-value produk. F-value
menunjukkan tingkat kematangan produk dan tingkat keberhasilan proses
pasteurisasi dan pendinginan dalam kemampuan proses untuk mematikan organisme
target (bakteri pembentuk spora yang tahan
panas). Selama pendinginan, suhu
dipertahankan pada kisaran 32oF selama 120 menit. Bak pendingin juga
dialiri gas yang menimbulkan gelembung udara yang berasal dari kompresor dan
bertujuan untuk meratakan suhu. Proses ini ditujukan untuk membunuh bakteri thermofilik
yang belum mati saat pasteurisasi. Setelah proses pendinginan selesai biasanya
dilakukan pengecekan kembali pada kaleng.
10. Pengemasan (Packing)
Proses pengemasan menggunakan master carton yang dilapisi lilin yang
dapat memuat 12 kaleng. yang sebelumnya pada bagian bawah master carton telah
diberi pelapis berupa corrugated sheet, begitu pula pada bagian atas
kaleng.
11. Penyimpanan
(Cold Storage)
Di PT. Nuansa Cipta Magello Produk yang telah dikemas
dimasukan dalam chill storage dengan suhu ruangan 00_±20C.
Penyimpanan dilakukan dengan menerapkan sistem FIFO (First In First Out),
Penyimpanan produk akhir dengan ketinggian yang tidak melebihi garis pembatas
(tidak melebihi ketinggian alat pendingin), dan diberi jarak dengan dinding 5
cm serta produk tidak bersentuhan langsung dengan lantai sehingga penumpukan
menggunakan alat penunjang yaitu pallet.
12. Stuffing
Stuffing merupakan proses pengangkutan produk akhir
dari cold storage ke container untuk ekspor. Stuffing
dilakukan dengan memperhatikan parameter suhu selama pengangkutan. Suhu
dipertahankan berkisar antara 00C-70C.
Selama proses stuffing produk di masukkan dalam container dengan
penyusunan berdasarkan jenis produk dan nomor urut master carton. Jenis
produk dimasukkan secara berurut dari awal hingga akhir yaitu claw meat,
spesial, lump, super lump, jumbo, dan collosal dengan produk claw
meat dibagian paling dalam container diikuti spesial, lump, super lump,
dan jumbo
Persiapan dokumen ekspor juga dilakukan sebelum proses stuffing, seperti
surat keterangan jalan untuk ekspor dan hasil pengujian laboratorium terhadap
mutu produk akhir seperti kandungan kloramfenikol dan mikrobiologi.
A. KESIMPULAN
Adapun Kegiatan proses pengalengan (Portunnus pelagicus) rajungan yang
dilaksanakan di PT.Nuansa Cipta magello dimulai dari penerimaan bahan baku ,
penyortiran , pengecekan lampu uv, pencampuran, pengisian dalm kaleng,
penimbangan, penutupan kaleng, pasteurisasi, pendinginan, pengemasan ,
penyimpanan, dan stuffing.
Pengalengan rajungan terdiri dari beberapa jenis produk
seperti : Claw meat , super lamp ,backfin , spesial , jumbo and colossal
Agar dapat menghasilkan produk yang baik seharusnya para
karyawan menerapkan alur proses yang telah ditetapkan, dilakukan
pengawasan terhadap karyawan terutama pada saat penyortiran dan dilakukan
pengecekan daging setiap jam oleh QC
Komentar
Posting Komentar