bahan tambahan pangan (BTP) yang berbahaya dan tidak berbahaya
Bahan
Tambahan Pangan (BTP) Yang Diperbolehkan Dan Yang Berbahaya
Sering masyarakat bertanya mengenai
boleh tidaknya produk makanan/minuman ditambah dengan pengawet, pewarna,
pemanis yang tak lain tambahan tersebut merupakan Bahan Tambahan Pangan (BTP). BTP
tersebut boleh digunakan asalkan masuk dalam daftar BTP yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Bahan Tambahan Pangan adalah
bahan/campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan
baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk pangan. Sesuai dengan PERMENKES No. 33 Tahun 2012 penggolangan BTP
adalah sebagai berikut :
- Antibuih (Antifoamng agent)
- Antikempal (Anticacking agent)
- Antioksidan (Antioxidant)
- Bahan pengkarbonasi (Carbonating agent)
- Garam pengemulsi (Emulsifying salt)
- Gas untuk kemasan (Packaging gas)
- Humektan (Humectant)
- Pelapis (Glazing agent)
- Pemanis (Sweetener)
- Pembawa (Carrier)
- Pembentuk gel (Gelling agent)
- Pembuih (Foaming agent)
- Pengatur keasaman (Acidity regulator)
- Pengawet (Preservative)
- Pengembang (Raising agent)
- Pengemulsi (Emulsifier)
- Pengental (Thickener)
- Pengeras (Firming agent)
- Penguat rasa (Flavour enhancer)
- Peningkat volume (bulking agent)
- Penstabil (Stabilizer)
- Peretensi warna (Colour retention agent)
- Perisa (Flavouring)
- Perlakuan Tepung ( Flour treatment agent)
- Pewarna (Colour)
- Propelan (Propellant)
- Sekuestran (Sequestrant)
Dari 27 golongan tersebut beberapa
golongan yang biasa menjadi perhatian masyarakat akan kami sampaikan
sebagaimana berikut :
- Bahan Pewarna (Colour Agent)
Penambahan bahan pewarna pada
makanan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu :
o Memberikan kesan menarik bagi konsumen
o Menyeragamkan warna makanan
o Menstabilkan warna
o Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan
o Mengatasi perubahan warna selama penyimpanan
Bahan pewarna makanan dibagi menjadi
2 jenis yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis.
Pewarna alami adalah pewarna yang
dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial)
dari tanaman, hewan, mineral atau sumber alami lain termasuk pewarna identik
alami.
Contoh : Kurkumin Cl.No.75300;
Riboflavin; Karmin; Karmin Cl.No.75470; Klorofil Cl.No.75810; Karamel;
Beta-karoten Cl.No.75130; Antosianin; dan Titanium sioksida Cl.No.77891.
Pewarna sintetis adalah pewarna yang
diperoleh/dibuat secara sintesis kimiawi
Contoh : Tartrazin Cl. No. 19140;
Kuning kuinolin Cl. No. 47005; Kuning FCF Cl. No. 15985 (sunset yellow FCF);
Karmoisin Cl. No. 14720; Eritrosin Cl. No. 45430; Biru berlian FCF Cl.
No. 42090; dan Hijau FCF Cl. No. 42053.
Bahan pewarna yang telah disebutkan
diatas adalah BTP yang diperbolehkan untuk digunakan pada makanan, akan tetapi
ada beberapa pewarna terlarang dan berbahaya yang sering ditemukan pada
pangan/jajanan, yang sebenarnya bukan BTP melainkan pewarna tekstil yaitu
Metanil Yellow (kuning metanil) yang berwarna kuning, Auramin berwarna kuning
dan Rhodamin B yang berwarna merah. Bahaya ketiga perwarna ini telah di
buktikan menyebabkan kanker yang gejalanya tidak dapat terlihat langsung
setelah dikonsumsi melainkan jangka panjang.
Ciri-ciri makanan yang menggunakan
pewarna berbahaya/tekstil diantaranya adalah distribusi warna tidak rata
(pangan bentuk padat), berpendar jika terkena cahaya langsung, dan biasanya
warna sangat mencolok.




- Bahan Pemanis (Sweetener)
Pemanis dapat berupa pemanis alami
dan pemanis buatan.
Pemanis alami adalah pemanis yang
dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun
fermentasi.
Contoh : Sorbitol, Manitol, Isomalt,
Glikosida steviol, Maltitiol, Silitol.
Pemanis buatan adalah pemanis yang
diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam. Pemanis
buatan sering ditambahkan ke dalam makanan dan minuman sebagai pengganti gula
karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami (gula tebu/sukrosa),
yaitu :
o Rasanya lebih manis
o Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
o Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh
lebih rendah sehingga cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes)
o Harganya lebih murah
Contoh : Siklamat, Sakarin,
Aspartam, Asesulfam-K, Sukralosa, dam Neotam.
Tingkat kemanisan pemanis buatan
tersebut dapat mencapai puluhan bahkan ratusan kali gula alami. Siklamat
mempunyai tingkat kemanisan 30-80 kali gula alami, Aspartam 180 kali gula
sedangkan sakarin 300 kali gula alami, sehingga pemanis buatan tersebut sering
disebut sebagai biang gula.
Untuk anak-anak sebaiknya tidak
diberikan makanan yang mengandung pemanis buatan tersebut karena kandungan
kalori yang rendah, sedangkan anak-anak membutuhkan kalori yang tinggi untuk
menunjang aktifitasnya. Dan di beberapa negara lain penggunaan beberapa pemanis
buatan juga sudah dilarang penggunaannya karena pada penggunaan dosis besar dan
jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Sebagai contoh siklamat sudah dilarang
oleh FDA Amerika Serikat.
Pemanis buatan yang telah dilarang
karena bersifat karsinogenik / dapat menyebabkan kanker antara lain dulcin dan
P-4000 (2-amino 4-nitro 1-phenol propoxybenzene). Dulcin menyebabkan tumor hati
dan mengganggu produksi sel darah merah. Sedang P-4000 dapat merusak ginjal dan
mengganggu fungsi tiroid.
- Bahan Pengawet (Preservative)
Bahan pengawet umumnya digunakan
untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat
menghambat atau memperlambat proses fermentasi, pengasaman atau peruraian yang
disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen pangan menggunakannya
pada makanan yang relative awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan
atau memperbaiki tekstur.
Pengawet yang banyak dijual di pasaran
dan digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan adalah benzoat, yang umumnya
terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih
mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan dan
minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, jem dan
jeli, manisan, kecap dan lain-lain.
Penggunaan pengawet dalam makanan
harus tepat, baik jenis manapun dosinya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif
untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan
makanan lainnya, karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga
mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.
Beberapa contoh bahan pengawet
adalah sbb : Asam Benzoat dan garamnya (natrium, kalium, kalsium), Asam Sorbat
dan garamnya, Asam Propionat dan garamnya, Etil Paraben (para-hidroksibenzoat),
Metil Paraben, Sulfit/bisulfit/metabisulfit (natrium, kalium, kalsium), Nitrit
(kalium, natrium), Nitrat (kalium, natrium), Nisin, dan Lizosim hidroklorida.
Pada saat ini masih banyak ditemukan
penggunaan bahan pengawet yang dilarang namun digunakan dalam makanan dan
berbahaya bagi kesehatan, misalnya boraks dan formalin. Boraks dan formalin
bukan pengawet untuk pangan.
Boraks atau pijer atau bleng (bahasa
jawa) adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam
pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar, sinonimnya
natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Bleng adalah bentuk
tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan industri farmasi
lebih dikenal dengan nama boraks. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan
solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pembasmi kecoa.
Formalin adalah larutan yang tidak
berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37%
formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai
pengawet. Formalin biasa digunakan pada industri plastik, anti busa, bahan
konstruksi, kertas, karpet, tekstil, cat, mebel serta pengawet mayat dan organ
tubuh.
Pada umumnya, alasan para produsen
menggunakan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan adalah karena
kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harganya relatif
murah dibanding bahan pengawet lain (BTP) yang tidak berpengaruh buruk pada
kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa
memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan bentuk yang bagus.
Makanan yang sering ditambahkan
boraks adalah kerupuk karak, baso, mie basah, pisang molen, lemper, siomay,
lontong, ketupat, dan pangsit. Sedangkan yang ditambahkan formalin adalah tahu,
mie basah, ikan segar dan hasil laut, tempura, dan gula jawa.
Ciri-ciri makanan yang ditambahkan
boraks dan formalin adalah sbb :
Bakso yang menggunakan boraks
memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan
bahan daging. Tekstur kulit kering dan berwarna keputihan.
Kerupuk yang mengandung boraks kalau
digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus, renyah dan dapat memberikan
rasa getir.
Ikan segar yang menggunakan formalin
tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak
cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.
Tahu yang menggunakan formalin
berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari,
bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas
formalin.
Mie basah yang menggunakan formalin
biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau
menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
Gula jawa yang ditambahkan formalin
teksturnya cenderung keras, tidak mudah remuk dan lumer, bau agak menyengat.




Makanan tersebut yang telah
ditambahkan boraks dan formalin biasanya lebih awet dari makanan yang tidak
ditambahkan pengawet. Sebagai indikator biologis dapat diperhatikan bahwa lalat
tidak akan menghinggapi makanan yang mengandung formalin dan boraks tersebut.
Bahaya makanan yang mengandung Boraks
bagi kesehatan jika dikonsumsi adalah sbb :
- Bahaya akut:
- Badan berasa tidak enak (malaise), mual nyeri hebat
pada perut bagian atas (epigastric), pendarahan gastro-enteritis disertai
muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala
- Bahaya kronis/jangka panjang:
- Hilangnya nafsu makan (anorexia), turunnya berat
badan, iritasi ringan disertai gangguan pencernaan, kulit ruam dan
merah-merah, kulit kering dan mukosa membran dan bibir pecah-pecah,
lidah merah, radang selaput mata, anemia, kerusakan ginjal, kegagalan
sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian
Bahaya makanan yang mengandung Formalin
bagi kesehatan jika dikonsumsi adalah sbb :
- Bahaya akut:
- Iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah,
rasa terbakar, sakit perut dan pusing
- Bahaya kronis/jangka panjang:
- Iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan
kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan
rasa gatal di dada, Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati,
jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
Bila dikonsumsi menahun dapat menyebabkan kanker
Komentar
Posting Komentar